Friday, October 27, 2017

Menargetkan IPK Cum Laude di Universitas Terbuka


Menargetkan IPK Cum Laude 
di Universitas Terbuka


Saya sering ditanya oleh teman-teman tentang bagaimana cara untuk mendapatkan IPK 3 atau lebih setiap semester. Banyak yang meminta “pencerahan” agar nilai mereka bisa membaik, menjadi tiga atau lebih atau bahkan cum laude. Sebenarnya, saya sudah pernah menuliskan kiat-kiatnya di sini. Tapi, mungkin karena bentuknya yang [terlalu] simpel (PPT), banyak yang kurang puas. Dan akhirnya saya pun tergerak untuk menuliskannya dalam bentuk narasi untuk memuaskan rasa penasaran teman-teman sekalian. 
Namun, sebelum saya bernarasi, ada baiknya jika saya “pamer” sedikit nilai yang saya dapat selama mengarungi enam semester terakhir. Tujuannya tak lain adalah untuk memantik semangat teman-teman semua untuk bersemangat membaca dan bersemangat belajar setelahnya! :D 
Berikut perolehan nilai saya selama delapan semester ini:

Usai melihat daftar nilai di atas, bagaimana respon teman-teman semua? Saya yakin, kebanyakan dari kalian ingin memilikinya, khususnya yang IPK-nya masih rendah. Jika ada niat dan tekad dalam hati untuk memperbaiki nilai, saya bersedia membantu teman-teman semua. Jujur saja, saya kadang miris lihat nilai sebagian dari temen-temen kita yang grade-nya kebanyakan C, D, dan E. Jarang sekali dapat A dan B. Dan pernah suatu ketika dapat kiriman screenshot nilai dari salah seorang mahasiswa yang share cerita tentang IPK-nya yang hanya 2 koma di akhir perkuliahannya. Bisa dibayangkan komposisi grade-nya seperti apa. 
Sebenarnya mencari IPK cum laude di UT itu gampang-gampang susah. Kenapa saya bilang demikian? Coba sekali-kali main ke universitas lain, khususnya universitas negeri. Tanya ke mahasiswa di sana mengenai tugas-tugasnya, saya yakin tugas kuliah mereka jauh lebih berat daripada kita. Mungkin kita akan berkilah, “kan mereka mahasiswa reguler yang meluangkan semua waktunya untuk belajar, sementara kita harus kerja, bantu orang tua, mengurus anak, dan bla...bla...bla...”. 
Well, that’s the point. Keluh kesah kitalah yang menjadikan semuanya tampak berat dan bahkan mustahil untuk dicapai. Kita memang berbeda kalau dilihat dari segi waktu yang dialokasikan dan cara yang digunakan untuk menempuh studi. Mereka belajar secara full time, sedangkan kita hanya part time. Mereka mendapatkan kuliah dari dosen secara face-to-face, sedangkan kita hanya long distance. Mereka tak perlu bekerja dan memikirkan biaya, sementara kita harus melakukannya dan bahkan harus menanggung beban keluarga bagi yang sudah berumah tangga. Perbedaan yang sangat kontras inilah yang kerap “dijadikan” sebagai batu sandungan untuk memperoleh IPK bagus sekaligus sebagai alasan untuk terus membenarkannya. 
Hal pertama yang perlu kita ubah di sini adalah paradigma. Ada sebuah pepatah berbunyi, “Everything has its own cost”. “Semua ada harganya!” Pepatah ini, disadari atau tidak, berlaku secara universal terhadap segala sesuatu di muka bumi ini. Maksudnya yaitu jika kita menginginkan sesuatu, maka kita harus berusaha. Sama halnya jika kita menginginkan nilai atau IPK yang bagus, maka kita harus mengusahakannya. Usaha kita inilah yang kemudian akan menuntun kita kepada apa yang kita hendaki. 
Baiklah tanpa perlu berpanjang lebar lagi, inilah kiat-kiat dari saya yang teman-teman dapat coba terapkan untuk memperbaiki nilai atau IPK. 
1. Tentukan target setelah kuliah di UT
Kiat ini sangat saya sarankan bagi calon mahasiswa UT. Namun, yang sudah berstatus sebagai mahasiswa aktif juga dapat menggunakan kiat ini.

Target itu ibarat tempat yang hendak dituju dalam sebuah perjalanan. Apabila kita tidak memiliki tujuan, maka sia-sialah perjalanan kita. Karena bagaimanapun perjalanan harus ada akhirnya. Jadi, sebelum kita melangkahkan kaki, kita harus memiliki tujuan yang jelas. Supaya kita tidak terbawa arus begitu saja. 

Hal ini sama dengan kuliah kita di UT. Apabila kita tidak pasang target, maka perjalanan kita selama empat tahun di UT akan berakhir tanpa guna. Kita hanya akan ikut-ikut, terpengaruh dengan kanan-kiri, dan sesuka hati. Dan pada akhirnya kuliah kita tidak berarti apa-apa: tidak bermanfaat ilmunya, tidak membawa perbaikan pada karir dan kehidupan, tidak beguna bagi sesama, dan seterusnya. Jangan sampai hal ini terjadi!

Target yang saya maksud di sini bisa berupa:
a. Mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang, 
b. Meningkatkan karir di tempat kerja, 
c. Memperoleh beasiswa (penuh) S2, 
d. Dan semacamnya.

2. Bersemangat untuk belajar
Setelah menentukan tujuan, tugas selanjutnya adalah menentukan apa yang akan digunakan untuk mencapai ke sana. Sarana menjadi faktor yang sangat penting dalam mencapai sebuah tujuan. Tanpa ada sarana yang memadai, tujuan hanyalah angan belaka.

Demikian pula dengan target yang telah kita tentukan di UT. Target tidak akan tercapai jika kita tidak berusaha keras mencapainya. Usaha satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah belajar. Belajar menjadi sarana utama untuk mencapai target-target kita setelah lulus nanti. Maka, kita perlu menyusun study plan dengan baik untuk maksud tersebut.

Sebagaimana yang saya amati, kendala yang terbesar yang dihadapi mahasiswa UT dalam hal belajar adalah rasa malas, rasa lelah, dan manajemen waktu. Bisa dipahami bahwa kuliah sambil bekerja bukanlah hal yang mudah. Benar-benar perlu “semangat gigi tiga” untuk menjalaninya. 

Untuk melawan rasa malas dan rasa lelah yang bergelayut, niatkanlah belajar kita dengan menuntut ilmu, ikhlas lillahi ta’ala. Dalam Islam, orang yang menuntut ilmu banyak sekali keutamaannya. Salah satunya yakni diperolehnya pahala yang senantiasa mengalir sebab diamalkannya ilmu tersebut (HR. Muslim no.1631). Selain itu, anggaplah belajar tersebut sebagai bentuk dari cara mensyukuri akal sehat yang masih dianugerahkan Allah kepada kita.

Baca: Keutamaan Orang yang Menuntut Ilmu

3. Susun strategi belajar
Apabila motivasi untuk belajar telah didapat, selanjutnya strategi belajar perlu dirumuskan. Pasalnya, strategi juga berpengaruh besar dalam sebuah kesuksesan. Dalam perang, jumlah pasukan dapat dikalahkan dengan strategi. Buktinya dapat dilihat pada Pertempuran Myeongnyang yang terjadi di Korea pada tahun 1597, di mana 12 kapal mampu mengalahkan 120-330 kapal. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah strategi.

Dalam kaitannya dengan belajar, strategi berhubungan dengan bagaimana, kapan, dan di mana kegiatan belajar dilakukan. Sehingga strategi belajar juga bersinggungan dengan manajemen waktu. Oleh karenanya, setiap orang bisa berbeda cara menyikapinya.

Saya pribadi biasanya belajar dengan cara:
a. BAGAIMANA?
- Mengawali kegiatan belajar dengan doa belajar (Baca: Doa Belajar)
- Berdoa semoga dimudahkan dalam memahami materi, diberikan ilmu yang bermanfaat, dan dianugerahkan masa depan yang cerah
- Mematikan hp jika tidak diperlukan selama belajar
- Menyiapkan alat pendukung seperti alat tulis, kamus, kalkulator, dll.
- Mengatur durasi belajar (20 menit – 1 jam/ sesi, 1 hari: 1 – 3 sesi)
- Membuka hp atau laptop untuk mencari referensi di internet
- TIPS: Hindari musik atau kegaduhan lain ketika belajar agar konsentrasi tidak pecah 
b. KAPAN?
- Mencari waktu yang tenang: habis sholat malam, sholat shubuh, sholat dhuha, dan sholat ashar
- Mencari waktu yang kondusif: saat kos sepi, saat tidak (sedang) berkerja, saat pagi hari, saat malam hari, saat weekends (sabtu dan minggu)
- TIPS: Manfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk belajar. Usahakan kerja dan istirahat tidak terganggu. 
c. DI MANA?
- Mencari tempat yang mendukung: di kos, di rumah, di tempat kerja, di taman kota, di perpustakaan daerah
- Jika tidak memungkinkan untuk belajar di tempat kos karena terlalu ramai atau bising, belajarlah di tempat umum yang tenang dan tidak banyak gangguan seperti taman kota dan perpustakaan daerah
- Belajar juga bisa dilakukan di tempat kerja dengan catatan tidak menggangu pekerjaan. Siasati waktu yang tepat untuk membuka buku seperti saat istirahat dan saat kantor tidak banyak pekerjaan
- TIPS: cari tempat yang tenang dan berudara sejuk agar belajar nyaman

4. Ikuti perkuliahan secara tertib dan aktif
Tidak ada ruginya mengikuti tutorial online (tuton) maupun tutorial tatap muka (TTM). Kedua jenis tutorial ini berfungsi sebagai pengganti perkuliahan konvensional yang diselenggarakan di kampus-kampus lain, baik negeri maupun swasta. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa tuton dan TTM merekam absensi dan nilai tugas setiap mahasiswa, yang nantinya akan mempengaruhi nilai akhir UAS.  

Namun sayangnya, tidak semua mahasiswa yang terdaftar pada kuliah berjalan mau mengikutinya, utamanya tuton. Karena sebagian menganggap tuton itu tidak penting (karena hanya daring), dan sebagian lagi merasa tuton itu berat untuk diikuti (karena diskusi dan tugasnya banyak dan harus dikerjakan dan dikumpulkan dalam tengat waktu tertentu).

Padahal kalau melihat besaran kontribusinya terhadap nilai akhir UAS, persepsi ini jelas keliru sekali. Bagaimana tidak, tuton menyumbang 30% dan TTM menyubang 50% (jika UAS mencapai skor minimal 30%). Ini sungguh angka yang tak bisa diabaikan begitu saja. 

Melihat besaran kontribusi ini, maka alangkah lebih baiknya jika kita turut berpartisipasi aktif dalam tuton ataupun TTM. Langkah ini bisa berarti langkah preventif yang akan menyelamatkan kita di kemudian hari jika hasil UAS kita ternyata jauh dari harapan. Dengan adanya kontribusi dari tuton dan TTM yang kita ikuti, nilai kita secara otomatis akan terangkat. Dan imbasnya, IPK kita juga terselamatkan.

Agar tuton berjalan dengan baik dan hasilnya maksimal, berikut yang saya biasa lakukan:
a. Mengikuti Diskusi 1 – 8 di setiap mata kuliah
b. Menjawab soal-soal diskusi dengan sungguh-sungguh dan menanggapi jawaban mahasiswa lain dengan antusias
c. Mengerjakan Tugas 1, 2, dan 3 (tugas wajib) dengan teliti
d. Mengirimkan tugas diskusi dan tugas wajib tidak melawati batas waktu yang ditentukan (deadline)
e. Mencari referensi tambahan untuk diskusi dan tugas jika diperlukan
f. TIPS:
- Meskipun tampak sepele, usahakan selalu berpartisipasi dalam forum diskusi. Agar bukti kehadiran kita terekam dengan baik dalam sistem. Di samping itu, tutor cenderung lebih menyukai mahasiswa yang aktif (walaupun hasil kerjaannya kurang baik), sehingga membantu kita untuk memperoleh nilai maksimal dari tutor yang bersangkutan. 
- Apabila kita tidak bisa mengikuti sebuah diskusi pada minggu yang telah ditentukan, tetap berikan tanggapan pada minggu berikutnya. Karena sebagian tutor memberikan kelonggaran waktu bagi mahasiswa dan tetap menilai partisipasinya meski tidak menyatakannya secara langsung.
- Selain menjawab pertanyaan diskusi dan menanggapi jawaban mahasiswa lain, kita bisa membuat topik diskusi sendiri dengan menanyakan materi modul yang belum dimengerti, membahas kunci jawaban yang error pada Tes Formatif, memberikan tambahan materi yang diambil dari sumber lain, dsb.
- Tugas wajib yang dibebankan pada Minggu 3, 5, dan 7 haruslah kita kerjakan sebaik mungkin dengan memanfaatkan waktu yang diberikan (biasanya 2 minggu per tugas). Bahkan kalau perlu, cari referensi dari berbagai sumber untuk mendukung dan melengkapi jawaban kita yang sering kali hanya berdasarkan materi modul. Prioritaskan tugas ini di atas tugas diskusi dan pastikan jawaban kita dalam tugas wajib ini tidak asal-asalan karena tugas ini adalah inti dari penilaian seluruh inisiasi.

5. Persiapkan ujian dengan matang
Bagaimanapun, ujian akan menjadi penentu utama dari hasil belajar kita. Tuton dan TTM akan berkontribusi terhadap nilai hanya jika kita bisa mengerjakan soal ujian minimal 30%. Dengan kata lain, jika nilai kita dibawah 30, maka tuton dan TTM yang kita ikuti tidak akan ada artinya. Oleh karenanya, agar perjuangan kita selama 8 minggu tidak sia-sia, kita harus mempersiapkannya dengan matang.

Lalu, apa yang mesti dipersiapkan?
a. Mental
Mental adalah hal pertama yang perlu ditata sebelum menghadapi ujian. Banyak mahasiswa, termasuk saya, dibuat stres (ringan) atau terbebani secara psikis karenanya. Apalagi jika minggu pertama terdapat lebih dari tiga mata kuliah yang diujikan. Tentu perlu persiapan ekstra, mengingat hanya ada 1 minggu setelah inisiasi terakhir untuk mempersiapkannya.

Sebenarnya, ujian tidak perlu disikapi dengan terlalu serius, tapi juga tidak dengan terlalu santai. Saya biasanya menyikapi hal ini dengan berdoa 2 atau 1 minggu menjelang ujian, dengan harapan dimudahkan dalam mengerjakan soal-soal ujian dan direzekikan Indeks Prestasi (IP) yang sempurna. Andai kata kesempurnaan tersebut tidak datang, maka yang saya peroleh masih mendekatinya.

Doa ini saya maksudkan untuk membentuk feel positif bahwa Allah akan menolong saya dalam mengerjakan ujian. Sehingga saya tidak merasa sendiri. Dan di luar ini, saya biasanya menghibur diri dengan menonton film, jalan-jalan, dan semacamnya.

b. Kesehatan
Selain mental, kesehatan juga perlu dijaga dengan baik menjelang ujian. Jika kita sampai jatuh sakit di waktu ujian, maka sudah dapat dipastikan bahwa ada nilai yag kosong dan hasil ujian kita tidak akan maksimal. Dan ini artinya semua yang kita usahakan sebelumnya tidak memiliki dampak signifikan terhadap nilai yang kita harapkan. 

Untuk menjaga kesehatan praujian, dapat dilakukan beberapa hal seperti: perbanyak makan sayuran dan buah-bauhan, perbanyak minum air putih, berolah raga, tidur cukup, dan sebagainya.

c. Materi
Seperti yang saya telah singgung sebelumnya, manfaatkan 1 minggu setelah inisiasi kedelapan untuk me-review materi modul yang akan diujikan di minggu pertama. Gunakan ringkasan yang telah dibuat selama ini untuk belajar. Atau jika belum membuatnya, catatlah poin-poin (yang dianggap) penting dari modul dengan menulisnya di kertas untuk menguatkan ingatan. Buat pula bagan, tabel, atau grafik sederhana dari poin-poin tersebut. Gunanya adalah untuk membangkitkan memori karena gambar visual pada umumnya lebih mudah dipahami dan diingat daripada tulisan semata.

Cara ini bisa sangat membantu tatkala kita sedang mengerjakan soal ujian dan lupa dengan materi yang telah kita pelajari atau bimbang dengan opsi yang disediakan dalam soal. Kita bisa membangkitkan gambaran visual yang sudah direkam oleh otak kita untuk membantu mengingat kembali atas apa yang telah kita buat dan lihat sebelumnya.

Kemudian, dalam mempelajari modul, jangan lupa mempelajari Tes Formatif yang mengikuti setiap Kegiatan Belajar. Berdasarkan pengalaman pribadi pada semester-semester awal, sebagian soal dari Tes Formatif dikeluarkan dalam UAS.

TIPS:
Pelajari Tes Formatif dengan cara membaca soal dan jawaban benarnya saja. Hindari melihat opsi lain supaya otak kita hanya mengingat bagian itu. Jadi ketika bertemu dengan soal yang sama, otak kita langsung merespon ke bagian tadi.

d. Hal teknis
Persiapan yang kurang baik terhadap hal-hal yang bersifat teknis bisa mengakibatkan sesuatu yang fatal. Misalnya, saat hendak berangkat ujian, ban motor kita bocor. Akibatnya kita panik mencari alternatif lain, buru-buru dalam berangkat, dan akhirnya tiba di tempat ujian telat. Ditambah lagi, kita masih harus mencari ruangan ujian kita. Pastinya, hal semacam ini sangat menguras tenaga dan menggangu konsentrasi. Di mana tanpa terasa, fokus kita telah buyar bahkan sebelum kita mengerjakan ujian. Dan kalau sudah begini, dapat diprediski akan seperti apa hasilnya nanti.

Makanya, hal teknis juga perlu dipikirkan dengan seksama agar tidak mengganggu kelancaran ujian. Berikut ada beberapa TIPS terkait hal teknis ini:
- KTPU: cetak segera setelah tersedia di sistem. Tujuannya adalah untuk menghindari system error dan mengetahui jadwal ujian seawal mungkin, sehingga bisa merumuskan strategi untuk menghadapinya.
- Lokasi: jika memungkinkan, cek lokasi sehari sebelum UAS dilaksanakan. Jadi kita tidak perlu mencarinya saat hari H.
- Alat tulis: siapkan semua alat tulis yang dibutuhkan selama ujian sehari sebelumnya atau malam harinya. Supaya keesokan harinya, kita bisa langsung berangkat.
- Sarana pendukung: pada beberapa mata kuliah diterapkan kebijakan tertentu seperti open book, dictionary allowed, calculator allowed, dsb. Oleh sebab itu, ketahui kebijakan tiap mata kuliah dan persiapkan sarananya. 
- Pakaian: siapkan pakaian yang akan dikenakan saat ujian sehari sebelumnya. Tujuannya agar kita tidak terganggu dengan aktivitas tambahan seperti menyetrika. 
- Kendaraan: cek kondisi kendaraan mulai dari roda, rem, lampu, spion, dll. Pastikan semuanya normal dan siap pakai.

6. Berdoa untuk hasil yang diharapkan
Setelah semuanya dilakukan, yang kita bisa lakukan selanjutnya adalah memasrahkan segela sesuatunya kepada Sang Pencipta sembari berdoa agar diberikan hasil terbaik yang memuaskan. Karena pada dasarnya, kita sebagai hamba hanya bisa berupaya dan hasilnya tergantung kepada Yang Mahakuasa.

Menyinggung masalah berdoa ini, ada baiknya jika kita memperhatikan waktu yang baik untuk berdoa agar doa kita dikabulkan. Waktu mustajab di antaranya yaitu: pada waktu sujud dalam sholat, selepas sholat fardhu, antara adzan dan iqomah, saat sepertiga malam terakhir, dan saat berbuka puasa.

Baca: Waktu-waktu yang Mustajab

Alhamdulillah dengan melakukan hal-hal di atas, Allah mengijinkan saya untuk mendapatkan IPK yang memuaskan. Darinya, saya memiliki momen yang tak akan pernah terlupakan di UT seperti:
a. Semester 2 dan 3: Mendapatkan Beasiswa PPA selama dua semester berturut-turut
b. Semester 4: Menjadi guest speaker pada OSMB UPBJJ-UT Semarang 2016.1 untuk memberikan testimoni dan memaparkan tips-tips untuk mendapatkan IPK bagus selama di UT (Semarang, Februari 2016)
Baca: Tips Mendapatkan IP Cum Laude Setiap Semester di Universitas Terbuka
c. Semester 5: Menjadi Juara 1 Diskusi Ilmiah pada Disporseni UT Wilayah Tengah (Surakarta, Juli 2016)
Baca: Juara 1 Diskusi Ilmiah dalam Disporseni UT 2016 di Surakarta
d. Semester 5: Mewakili fakultas FISIP untuk menerima Beasiswa IKA-UT dalam acara Seminar dan UPI UPBJJ-UT (UNDIP, Februari 2017)