Sunday, February 9, 2020

Contoh Rencana Studi LPDP


LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh tiga kementerian: Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama. Lembaga ini didirikan dalam rangka menyongsong dan merealisasikan  aspirasi "Indonesia Emas 2045", seratus tahun kemerdekaan Indonesia. Langkah yang ditempuh yakni dengan mempersiapkan pemimpin dan professional masa depan serta mendorong inovasi demi terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, serta berkeadilan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, LPDP menyelenggarakan program beasiswa magister/ doktoral untuk putra-putri terbaik Indonesia baik ke dalam maupun luar negeri, pendanaan riset komersial/implementatif untuk mendorong inovasi, serta rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak karena bencana alam.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan membagikan rencana studi saya yang telah diterima. Perlu diketahui sebelumnya, saya mendaftar beasiswa LPDP 2019 Batch 1 (setelah wisuda sarjana di akhir tahun 2018), dan dinyatakan lolos sebagai awardee afirmasi Prasejahtera Berprestasi, untuk tujuan luar negeri (Inggris). Adapun saat post ini ditulis, saya sedang mengikuti program PB (Pengayaan Bahasa) LPDP di ITB.
NOTE: untuk mendaftar beasiswa ini, bisa melalui tautan ini.




Contoh Proposal Studi LPDP


LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) adalah sebuah lembaga yang dibentuk oleh tiga kementerian: Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama. Lembaga ini didirikan dalam rangka menyongsong dan merealisasikan  aspirasi "Indonesia Emas 2045", seratus tahun kemerdekaan Indonesia. Langkah yang ditempuh yakni dengan mempersiapkan pemimpin dan professional masa depan serta mendorong inovasi demi terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, serta berkeadilan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, LPDP menyelenggarakan program beasiswa magister/ doktoral untuk putra-putri terbaik Indonesia baik ke dalam maupun luar negeri, pendanaan riset komersial/implementatif untuk mendorong inovasi, serta rehabilitasi fasilitas pendidikan yang rusak karena bencana alam.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan membagikan proposal studi saya yang telah diterima. Perlu diketahui sebelumnya, saya mendaftar beasiswa LPDP 2019 Batch 1 (setelah wisuda sarjana di akhir tahun 2018), dan dinyatakan lolos sebagai awardee afirmasi Prasejahtera Berprestasi, untuk tujuan luar negeri (Inggris). Adapun saat post ini ditulis, saya sedang mengikuti program PB (Pengayaan Bahasa) LPDP di ITB.
NOTE: untuk mendaftar beasiswa ini, bisa melalui tautan ini.




Saturday, December 28, 2019


Visi Indonesia Emas 2045
Oleh: Al Harkan




Indonesia Emas 2045 adalah sebuah impian besar tentang Indonesia yang unggul, maju bersaing dengan bangsa-bangsa lain, dan telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-isu persoalan klasik bangsa, seperti korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskikan. Untuk mewujudkan impian tersebut, kunci utamanya bukan kekuatan ekonomi, politik, atau militer, melainkan manusianya. Sesederhana yang diungkapkan oleh Anies Baswedan, “Pola pikir yang menganggap bahwa potensi utama sebuah bangsa adalah lautnya, tanahnya, tambangnya, adalah pola pikir para penjajah.”

Tak peduli bagaimana ukuran alam sebuah negara, selama manusianya unggul maka negeri tersebut pasti unggul.

Lihat bagaimana majunya Singapura hingga negara-negara di Eropa. Sumber daya alam dapat dinaikkan nilainya melalui eksploitasi dan pengolahan berkelanjutan, tetapi satu-satunya cara untuk menaikkan nilai sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Sehingga formulanya sederhana: bangun pendidikan Indonesia menjadi lebih baik, tuai kader-kader bangsa terbaik, maka Indonesia akan membaik.

Pelajar dan mahasiswa yang kini belajar di kelas-kelas, 30-40 tahun mendatang akan menjadi pemimpin-pemimpin yang menjalankan beragam sektor negara, oleh sebab itu untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 adalah dengan menjalankan pendidikan emas sejak tahun 2005.

Masalahnya, pendidikan yang menjadi kunci keberhasilan pencapaian visi tersebut kini masih banyak menemui masalah. Mulai dari isu harga pendidikan, ketimpangan pembangunan fasilitas, manajemen ujian nasional, jumlah jam belajar (full day school), hingga pembaruan kurikulum dan guru. Banyaknya isu-isu masalah pendidikan tersebut justru seakan membuat kita pesimis, apakah pendidikan yang seperti ini yang akan mencetak generasi emas Indonesia 2045? Sebab jika tetap demikian, maka Indonesia 2045 tak akan se-emas yang dibayangkan dan diharap-harapkan.

Penulis sebagai ‘peserta’ sistem pendidikan di Indonesia, menyimpulkan bahwa dari puluhan masalah pendidikan Indonesia tersebut, terdapat 3 pokok yang menjadi kendala utama: Manajemen (pangkal), kurikulum (tengah), dan kualitas guru (ujung). 
(1) Manajemen 
Pangkal sistem pendidikan di Indonesia adalah Kementerian Pendidikan dan Budaya, serta dinas-dinas yang dinaunginya. Oleh sebab itu, kualitas manajerial dalam mengelola pendidikan adalah kunci untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Masalah-masalah manajerial seperti distribusi ujian nasional, pembangunan infrastruktur, dll. dapat diatasi dengan cara-cara tegas laiknya seorang manajer memberi sanksi kepada stafnya. Kontraktor-kontraktor pihak ketiga yang lalai memenuhi kewajiban kerja yang diserahkan oleh Kemendikbud seperti ujian nasional, pembangunan gedung-gedung sekolah dll. wajib diperingatkan atau dicopot kontraknya jika perlu. Anggaran sektor pendidikan dalah salah satu yang terbesar dalam APBN Indonesia, oleh sebab itu Kemdikbud dapat membayar mahal agar semua keperluan manajerial dapat berjalan sesuai harapan. Beri tender hanya kepada kontraktor-kontraktor yang terbaik, dan seterusnya.

(2) Kurikulum 
Kurikulum adalah jiwa dari pendidikan. Ia dirumuskan oleh pusat dan didistribusikan kepada setiap daerah, setiap sekolah, setiap kelas, hingga ke setiap siswa. Apa yang dicetak, didistribusikan, dikumpulkan dalam koleksi perpustakaan, disiapkan oleh guru, dibaca dan dipelajari oleh siswa hingga tugas-tugas di rumah, semuanya adalah muatan kurikulum. Demikian krusialnya fungsi kurikulum, maka Pemerintah terkait harus menjadikan kurikulum sebagai salah satu fokus utama perbaikan apabila bertekad untuk mencetak sebuah generasi emas. Kita menyaksikan bagiamana kurikulum senantiasa berganti dari tahun ke tahun, tentu saja dengan tujuan untuk menerapkan kurikulum yang lebih baik. Tetapi jangan sampai perubahan-perubahan tersebut justru membingungkan, membuat guru-guru kurang beradaptasi dan mempersiapkan bahan pelajaran, sehingga pelajaran di kelas menjadi kurang maksimal. Kita pun sadar bahwa dapat atau hasil penerapan sebuah kurikulum tak dapat diketahui hanya dari 1 atau 2 bulan berjalan, tetapi butuh waktu berbulan-bulan bahkan tahun. Dalam hal ini Pemerintahan harus menyelaraskan ritme antara upaya perbaikan kurikulum agar lebih baik, serta tempo adaptasi dari para pelaku pendidikan yang menjalankan dan mengalami perubahan kurikulum tersebut.

(3) Kualitas guru 
Jika Pemerintah diibaratkan seorang petarung bersenjata, senjata tersebut adalah kurikulum yang dijalankan, maka para guru adalah ujung tombak/senjata tersebut. Mereka berada di garis depan dalam perjuangan pendidikan. Menerjemahkan setiap tujuan dan fungsi kurikulum untuk dijadikan sebagai hikmah dan pelajaran bagi siswa yang diajarnya. Sebagus apapun pegangan tombak petarung tersebut, kurikulum, apabila ujungnya tumpul maka senjata tersebut akan sia-sia. Demikian juga dengan kurikulum. Sebagus apapun desainnya, apabila para guru tidak menguasai, menjiwai dan menerapkannya secara benar di dalam kelas, maka kurikulum tersebut akan sia-sia. Yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa para pejuang garis depan pendidikan tersebut dapat bekerja secara optimal adalah dengan melakukan pemantuan yang memadai, serta mengadakan pelatihan-pelatihan secara intensif untuk meningkatkan kualitas guru dan keselerasannya dengan kurikulum dan maksud pembuat rancangan pendidikan.

Apabila ketiga elemen pendidikan tersebut bekerja dengan baik, Pemerintah mampu memanajemen segala aktivitas secara tegas dan terkendali, kurikulum dirancang dengan mempertimbangkan kapasitas para pelaku pendidikan, serta kualitas guru yang terjaga dan selaras dengan tujuan kurikulum pendidikan; maka niscaya pendidikan di Indonesia akan benar-benar melahirkan sebuah generasi emas.


Dikutip dari: raihankalla.id


Monday, April 8, 2019

Contoh Penerjemahan Sastra 2


Contoh Penerjemahan Sastra 2



Menerjemahakan karya sastra berbeda dengan menerjemahkan jenis teks lainnya. Hal ini dikarenakan dalam penerjemahan karya sasta penerjemah dituntut mampu mempertahankan keindahan bahasa atau nilai estetika yang terkandung dalam teks dimaksud. Dalam hal ini, nuansa yang timbul saat teks tersebut dibaca oleh pembaca TSu (teks sumber) sedapat mungkin dijaga dan dimunculkan kembali dalam versi terjemahannya, sehingga pembaca TSa (teks sasaran) dapat merasakan nuasa yang kurang lebih sama yang dirasakan oleh pembaca TSu. Berikut adalah contoh hasil penerjemahan sastra yang diambil dari novel John Steinbeck "The Grapes of Wrath", yang diterbitkan tahun 1939 dan dianugerahi Nobel Prize pada 1962.
TSu: 
Over the high coast mountains and over the valleys the grey clouds marched in from the ocean. The wind blew fiercely and silently, high in the air, and it swished in the bushes, and it roared in the forests. And then the wind stopped and left the clouds deep and solid. The rain began with gusty showers, pauses, and downpours; and then gradually it settled to a single tempo, small drops, and a steady beat, rain that was grey to see through, rain that cut midday light to evening. And at first the dry earth sucked the moisture down and blackened. For two days the earth drank the rain, until the earth was full. 


TSa: 

Di atas lembah dan pegunungan pesisir yang menjulang, awan kelabu berarak dari lautan. Angin berhembus kencang dalam kesunyian, tinggi di angkasa. Suaranya menggema di semak-semak dan jenggala. Kemudian menghilang begitu saja. Awanpun kian pekat. Turunlah hujan dengan lebatnya, berhenti, dan deras kembali. Perlahan-lahan suaranya membentuk suatu alunan, rintik-rintik, dan berirama. Hujan yang kelabu untuk ditembus mata. Hujan yang merampas rona siang menjadi malam. Bumi yang gersang mulanya hanya menyerap air dan menghitam. Hingga kenyanglah setelah dua hari mereguknya.

IELTS Writing Task 2 (Part 2)


IELTS Writing Task 2 (Part 2)





Some people think that not all criminals should be kept in prison. Some criminals should do unpaid work to help other people in the community. Do you agree or disagree with this statement?


Crimes make people feel worried about the security of themselves as well as their properties. As such, many think that the criminals caught should go in jail in order not to commit more crimes in the future. However, this idea sounds unfair to some due to the fact that not all crimes are really serious. Thus, they should be given a chance to be better people by doing unpaid work that can contribute to the society. In relation to this, I simply go for the later with the following reasons.


It is obvious that the government need much money to support the running of prisons. The money is used for a variety of purposes like maintaining the existing facilities, paying the officials in charge, and taking care of the prisoners. It means newcomers to jail will result in more budget allocated for caring about them. So allowing criminals with non-serious crimes to do unpaid work will apparently become a practical way to reduce the fund spent on jailing. And less serious crimes in this sense can include pickpocketing, recording sensitive videos without permission, and breaking one's inexpensive property.

Besides the aforementioned, doing this kind of job enables criminals to contact with the community and to give contribution to it directly. They will take advantage of interacting with those who might be able to help them out in solving their personal problems in better ways. Because people normally do bad things as a result of being unable to cope with difficulties properly. Subsequently, when trouble goes away from their life, they are most likely to come back to normal.

In fine, it sounds highly rational to let them work with no payment rather than to keep them in 'cages'.

IELTS Writing Task 2 (Part 1)


IELTS Writing Task 2 (Part 1)





Students in school and university learn far more from lessons with their teachers compared to other sources, such as television and the Internet. Do you agree or disagree?

Many people say that schools and universities are perfect places to study. The teachers provided by both institutions will assist students in pursuing knowledge and skills, which are required to achieve success in life. But to some others, technology has replaced the role of teachers in terms of becoming good sources for learning new things. And in relation to this, I personally go for the second due to the following reasons.

First of all, it is an undeniable fact that teachers, in any educational institutions, are limited by time when teaching. This condition will definitely lead students to self-learning in order to develop the knowledge they have gained from their teachers, or even to get the concept of a particular subject they have not known anything about. It is most likely to see that these teachers will then take the Internet as well as other media to explore the knowledge or the subject on question.

In addition to it, teachers also tend to give home assignments to students by choosing topics or problems that are off the explanation in class. They want to encourage the students to find out other neccessary sources relevant to what they have studied. It implies that they declair to be not the only source to look at if these learners wish to get more. In fact, there are much more sources out there than from the teachers themselves. They can browse the Internet, watch television, or come to a library to expand what is already in their mind. 
In conclusion, it is quite reasonable to say that students can learn far more from other sources than from their teachers in class.



Friday, November 2, 2018

Contoh Penerjemahan Sastra 1


Contoh Penerjemahan Sastra 1

Menerjemahakan karya sastra berbeda dengan menerjemahkan jenis teks lainnya. Hal ini dikarenakan dalam penerjemahan karya sasta penerjemah dituntut mampu mempertahankan keindahan bahasa atau nilai estetika yang terkandung dalam teks dimaksud. Dalam hal ini, nuansa yang timbul saat teks tersebut dibaca oleh pembaca TSu (teks sumber) sedapat mungkin dijaga dan dimunculkan kembali dalam versi terjemahannya, sehingga pembaca TSa (teks sasaran) dapat merasakan nuasa yang kurang lebih sama yang dirasakan oleh pembaca TSu. Berikut adalah contoh hasil penerjemahan sastra yang diambil dari film pertama trilogi The Hobbit, "An Unexpected Journey". 

TSu: 
Far over the Misty Mountains cold
To dungeons deep and caverns old 
We must away ere break of day,
To find our long-forgotten gold 

The pines were roaring on the height
The winds were moaning in the night
The fire was red, it flaming spread
The trees like torches blazed with light 

TSa: 
Jauh di atas Pegunungan Berkabut yang dingin
Menyusuri ruang bawah tanah yang dalam dan gua tua
Kita harus pergi, sebelum fajar tiba
Untuk mencari emas yang lama terlupakan 

Cemara menderu di atas pegunungan
Angin mendesau di kegelapan malam
Barapun memerah, apinya menjalar
Pohon laksana suluh menyala menggeram

Wednesday, August 29, 2018

Diversity Is Beauty


Diversity Is Beauty


It is undeniable that diversity makes beauty. The proof of this fact is when we come to a park and notice the beauty of the varying flowers and plants grown there. Without such a variety, the park will just look plain and become less nice to see. The same goes for the world’s population; if it consists only of one ethnic group, it will turn the world into an uninteresting place to settle in.

Diversity, however, is a challenge to deal with as well. If it is not managed well, it can bring about disunity, the main cause of instability in a country. And what we see from today’s shaking world is none than a form of disunity in which people do not (want to) understand each other. They consider their own groups superior to any other ones. This condition obviously results in constant friction within multicultural communities due to diverse cultures, beliefs, views, and others. In the local scale, it may just lead to brawls, but in the global stage, it will cause far greater problems such as wars, ethnic cleansings, and genocides. All of these are no doubt very destructive to human civilization as a whole.

Thus, we are not supposed to perceive that our group stands out among others in order to avoid mass distruction. We are all the same. What makes us different lies in what we believe right. We should remember the most basic fact that every head has its own mind, meaning that each individual has his or her own way of thinking. That is why it seems completely normal if people hold distinct life views and religious beliefs. Besides, we also have to realize that we are born into this world without being given a chance to choose which family, ethnic, or even country to belong to. In other words, God means such diversity to exist in this wordly life.

As an example, we can take a look at our country Indonesia, which shows vast diversity in many things. It is inhabited by more than 260 million people of around 300 ethnic groups, spreading across over 1300 islands, from Sabang to Merauke. Because of its archipelagic geography, there is an enormous number of languages and dialects spoken in this country, which reaches approximately 750. Influenced by foreign powers and traders, it comes out to feature most of the major religions around the globe (Islam, Christianity, Catholicism, Hinduism, Buddhism) and recognize indigenous faiths embraced by the native tribes as well. These give us an idea of how heterogeneous the society is in various ways. Clearly, it needs to be preserved as a single one as an attempt to appreciate the desperate long-lasting fight of early people across the regions for independence.

Therefore, let us keep the precious heritage of “Bhinneka Tunggal Ika” (Unity in Diversity) by living in harmony and creating stability to help the government build this country even better, instead of resorting to extremism or spreading hate which fuels only fear and anger. Just love this fascinating country as it is, then see the true “Colorful Indonesia”, stretching long like a beautiful rainbow, as a gift from heaven.

PS: This essay was written to participate in a writing competition held by Alfalink Semarang.

Friday, July 6, 2018

Penundaan Pengumuman Hasil Ujian sebagai Momen bagi UT untuk Berbenah


Penundaan Pengumuman Hasil Ujian sebagai Momen bagi UT untuk Berbenah




Hari ini, 6 Juli 2018, seharusnya menjadi hari yang mendebarkan bagi mahasiswa UT, utamanya jurusan NON-PENDAS. Pasalnya, berdasarkan kalender akademik, hari ini adalah hari di mana hasil ujian periode 2018.1 akan diumumkan. Untuk melihat hasil ujian, banyak mahasiswa yang rela bergadang tengah malam untuk menghindari server jebol yang sudah lumrah terjadi di hari pengumuman. Oleh karena itu, para mahasiswa berlomba-lomba mencari waktu terbaik untuk mengetahui hasil ujian mereka secepatnya, apakah memuaskan atau justru mengecewakan.

Namun, usaha itu harus berakhir dengan kekecewaan. Karena hingga tenggah hari, belum ada mahasiswa yang berhasil mengakses nilai ujian. Dan ternyata diumumkan di website UT bahwa pengumuman ujian ditunda hingga 11 Juli (untuk alasan yang tidak diketahui). Hal ini pastinya membuat mahasiswa geram bukan kepalang. Apa yang mereka tunggu lama tidak kunjung datang dan malah menjadi penantian yang semakin panjang. Bahkan, karena saking tidak terimanya, ada seorang mahasiswa yang memasang tagar #2019gantirektorUT dan yang lainnya marah-marah tak karuan di kolom komentar di grup Facebook ofisial Universitas Terbuka, dengan menyatakan bahwa UT tidak profesional, tidak disiplin, manajemennya buruk, layanannya tidak memuaskan, dan sebagainya.

Membaca komen-komen tak mengenakkan tersebut, saya pribadi tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya. Sebagai mahasiswa UT, jujur saja, saya juga merasa kecewa. Tetapi saya memilih untuk tidak memperkeruh suasana dengan ikut mencaci institusi yang saya cintai dan banggakan. Karena bagaimana pun ini adalah kampus saya, di mana saya menimba ilmu di sini dan mendapatkan banyak manfaat darinya. Akan tetapi, hal ini bukan berarti pula bahwa saya menerima penundaan mendadak ini dengan lapang dada begitu saja. Sebagai mahasiswa, saya juga turut memiliki tanggung jawab untuk menjaga reputasi dan kualitas kampus saya untuk tetap berjalan sebagaimana mestinya, baik ke dalam (mahasiswa) maupun ke luar (masyarakat).  

Oleh karenanya, pada kesempatan ini, ijinkan saya selaku mahasiswa memberikan masukan sebagai bahan pembenahan UT untuk kedepannya. 
1. Publikasi nilai tepat waktu
Tidak diragukan lagi bahwa setiap mahasiswa UT sangat menunggu-nunggu nilai ujian keluar. Setelah melewati ujian semester yang berat dan menguras pikiran, mahasiswa berharap dapat segera melihat hasil belajar mereka. Bagi yang sudah bekerja dan berkeluarga, mempelajari buku-buku kuliah dan mengerjakan tugas tuton bukanlah tugas mudah. Mereka harus membagi waktu untuk belajar, bekerja, dan keluarga. Sehingga wajar jika mereka ingin mengetahui kerja keras mereka secepatnya. 
Sebagai institusi yang menaungi banyak mahasiswa berstatus pekerja dan kepala rumah tangga, UT seharusnya menyadari hal ini dengan sangat baik. Akan menjadi bijaksana rasanya apabila UT tidak menunda-nunda lagi pengumuman hasil ujian, mengingat sudah ada jarak yang cukup lama antara ujian dan pengumuman. 
Dan menyinggung masalah nilai ini, percaya atau tidak, banyak mahasiswa yang mencoba mengecek nilai sebelum tanggalnya, dengan harapan nilai mereka telah tersedia. Lalu, bisa dibayangkan betapa sedihnya mereka jika pengumuman ternyata ditunda. Hemat saya adalah, kalau UT memang tidak bisa mempublikasikan seluruh nilai mata kuliah secara bersamaan karena belum terkumpul semua, lebih baik mengunggah nilai yang telah ada saja, ketimbang tidak ada publikasi nilai sama sekali.  
2. Disiplin waktu
UT adalah institusi perguruan tinggi yang telah mendapatkan pengakuan baik nasional maupun internasional. Label “negeri” yang tersemat mengukuhkan UT sebagai institusi besar dan sudah seyogyanya menjadi simbol kebanggaan bagi semua mahasiswa dan pegawainya. Jadi, jangan sampai kebanggaan dan kepercayaan mahasiswa hilang dan reputasi UT sebagai PTN berstandar dunia menurun gara-gara tidak disiplin waktu. Jangan sampai di lingkungan akademis mahasiswa diminta tepat waktu dalam melakukan registrasi, membayar SPP, mengikuti tuton, dll., tetapi institusi sendiri tidak disiplin dalam menjalankan kewajibannya kepada mahasiswa, dalam hal ini, mengumumkan nilai. 
Bukankah UT butuh waktu untuk mendapatkan kepercayaan mahasiswa, mengubah persepsi masyarakat agar menerima UT sebagai “kampus kaum muda” yang semula dianggap “kampus orang tua”? Jangan sampai pencapaian besar yang telah diraih ini berhenti, karena banyak mahasiswa tidak puas dengan layanan UT sehingga tidak merekomendasi UT sebagai tempat belajar yang baik. Dengan demikian, UT perlu berbenah dengan memberikan pelayanan terbaik kepada para mahasiswa, karena mereka, disadari atau tidak, adalah agen yang akan menyebarluaskan UT di masyarakat. 
3. Perbaikan manajemen 
Secara tidak langsung, penundaan pengumuman ini menunjukkan adanya masalah manajemen serius di lingkungan intern UT, khususnya di departemen atau divisi nilai. Mengingat penundaan ini tidak terjadi kali ini saja dan, yang lebih memprihatinkan, pengumumannya dilakukan di hari H-nya. Hal ini seperti menyiratkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan publikasi nilai mahasiswa tidak diestimasikan dengan tepat. Sehingga baru diumumkan pada hari H, setelah diketahui data belum terinput semuanya.
Selain penundaan pengumuman, terdapat juga masalah lain yaitu server error. Masalah ini sebetulnya bukan masalah baru sebab sering kali terjadi ketika akses ke situs-situs UT sedang tinggi, seperti saat pengumuman nilai, registrasi mata kuliah, dan order buku TBO. Tentunya, masalah server ini membuat tidak nyaman dan dapat menyebabkan mahasiswa tidak bisa melakukan registrasi untuk semester berikutnya dan tidak bisa memesan BMP untuk belajar. Sebagai tambahan untuk TBO, sejumlah mahasiswa menemukan nomor billing tidak valid ketika hendak dibayar di bank dan kontak TBO tidak bisa dihubungi (perlu ditelusuri lebih lanjut).
Masalah selanjutnya terkait respon Hallo UT dan tutor tuton. Berdasarkan pengalaman pribadi, tiket pertanyaan yang diajukan ke Hallo UT bisa direspon hingga 3 hari berikutnya, meski prioritas pesan berstatus “high”. Dan SMS yang dikirim bisa tidak dibalas dan telpon tidak dijawab. Sementara tutor tuton banyak yang tidak aktif saat tuton berjalan. Seolah hanya memberikan instruksi dan tugas, tanpa bersedia menanggapi pertanyaan atau diskusi mahasiswa yang mengalami kesulitan dan tidak memperlihatkan nilai yang diperoleh mahasiswa atas tugas-tugas yang mereka kumpulkan.
Melihat masalah-masalah di atas, rasanya perlu dilakukan perbaikan manajemen secara mendalam di lingkungan intern UT. Perbaikan dapat dimulai dengan mengevaluasi departemen terkait serta meningkatkan koordinasi dengan seluruh tutor, UPBJJ, dan badan usaha yang bersangkutan. Yang tak kalah penting di sini adalah mengumumkan penundaan hasil ujian beberapa hari sebelum hari H (jika memang terpaksa), supaya para mahasiswa tidak merasa kecewa berat.

Tulisan ini saya tulis sebagai bentuk kepedulian saya terhadap UT, yang sebentar lagi akan saya tinggalkan. :)

Friday, January 19, 2018

Contoh Karil Sastra Inggris Universitas Terbuka


Contoh Karil Sastra Inggris Universitas Terbuka


 
Karil atau karya ilmiah merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Universitas Terbuka untuk mendapatkan kelulusannya. Karil ini disyaratkan sebagai upaya universitas melatih keterampilan menulis akademis mahasiswa. Karil ini biasanya diambil bersamaan dengan TAP di Semester 7. Namun, ada pula yang mengambilnya di semester berikutnya karena belum memenuhi persyaratannya ataupun karena alasan-alasan tertentu. Untuk persyaratan registrasi TAP ini, silakan baca Pendaftaran Tugas Akhir Program (TAP).   
Berbicara lebih lanjut mengenai Karil, mahasiswa dikatakan lulus apabila dinyatakan "lolos plagiasi" dalam website resmi karil (http://karil.ut.ac.id). Adapun untuk cara aktivasi akun dan unggah karil di website ini, silakan download Panduan Karil. 
Kemudian hal-hal lain yang perlu diketahui dan diperhatikan seputar Karil ini antara lain:
a) mahasiswa yang akan mengambil Karil harus terjaring dalam daftar peserta TAP yang diterbitkan oleh UPBJJ-UT,  
b) mahasiswa kemudian akan diundang oleh UPBJJ-UT untuk mengikuti acara “persamaan persepsi”,
c) mahasiswa akan dibimbing oleh dosen dari universitas lain dalam penulisan Karilnya,
d) bimbingan tersebut akan berlangsung selama 8 minggu (1x bimbingan/ minggu),
e) panjang Karil bervariasi di setiap jurusan (7 – 12 halaman untuk FEKON, FHISIP, FMIPA; 10 – 15 halaman untuk mahasiswa PPs; dan maks. 30 halaman untuk FKIP),
f) pedoman penulisan sitasi dan daftar pustaka yang dipakai adalah APA style (American Psychological Association),
g) nilai Karil akan masuk kedalam nilai TAP. 

Setelah mengulas perihal Karil, berikut saya lampirkan contoh Karil Sastra Inggris yang saya tulis semester kemarin (Semester 7) dan telah dinyatakan lolos. 

Friday, October 27, 2017

Menargetkan IPK Cum Laude di Universitas Terbuka


Menargetkan IPK Cum Laude 
di Universitas Terbuka


Saya sering ditanya oleh teman-teman tentang bagaimana cara untuk mendapatkan IPK 3 atau lebih setiap semester. Banyak yang meminta “pencerahan” agar nilai mereka bisa membaik, menjadi tiga atau lebih atau bahkan cum laude. Sebenarnya, saya sudah pernah menuliskan kiat-kiatnya di sini. Tapi, mungkin karena bentuknya yang [terlalu] simpel (PPT), banyak yang kurang puas. Dan akhirnya saya pun tergerak untuk menuliskannya dalam bentuk narasi untuk memuaskan rasa penasaran teman-teman sekalian. 
Namun, sebelum saya bernarasi, ada baiknya jika saya “pamer” sedikit nilai yang saya dapat selama mengarungi enam semester terakhir. Tujuannya tak lain adalah untuk memantik semangat teman-teman semua untuk bersemangat membaca dan bersemangat belajar setelahnya! :D 
Berikut perolehan nilai saya selama delapan semester ini:

Usai melihat daftar nilai di atas, bagaimana respon teman-teman semua? Saya yakin, kebanyakan dari kalian ingin memilikinya, khususnya yang IPK-nya masih rendah. Jika ada niat dan tekad dalam hati untuk memperbaiki nilai, saya bersedia membantu teman-teman semua. Jujur saja, saya kadang miris lihat nilai sebagian dari temen-temen kita yang grade-nya kebanyakan C, D, dan E. Jarang sekali dapat A dan B. Dan pernah suatu ketika dapat kiriman screenshot nilai dari salah seorang mahasiswa yang share cerita tentang IPK-nya yang hanya 2 koma di akhir perkuliahannya. Bisa dibayangkan komposisi grade-nya seperti apa. 
Sebenarnya mencari IPK cum laude di UT itu gampang-gampang susah. Kenapa saya bilang demikian? Coba sekali-kali main ke universitas lain, khususnya universitas negeri. Tanya ke mahasiswa di sana mengenai tugas-tugasnya, saya yakin tugas kuliah mereka jauh lebih berat daripada kita. Mungkin kita akan berkilah, “kan mereka mahasiswa reguler yang meluangkan semua waktunya untuk belajar, sementara kita harus kerja, bantu orang tua, mengurus anak, dan bla...bla...bla...”. 
Well, that’s the point. Keluh kesah kitalah yang menjadikan semuanya tampak berat dan bahkan mustahil untuk dicapai. Kita memang berbeda kalau dilihat dari segi waktu yang dialokasikan dan cara yang digunakan untuk menempuh studi. Mereka belajar secara full time, sedangkan kita hanya part time. Mereka mendapatkan kuliah dari dosen secara face-to-face, sedangkan kita hanya long distance. Mereka tak perlu bekerja dan memikirkan biaya, sementara kita harus melakukannya dan bahkan harus menanggung beban keluarga bagi yang sudah berumah tangga. Perbedaan yang sangat kontras inilah yang kerap “dijadikan” sebagai batu sandungan untuk memperoleh IPK bagus sekaligus sebagai alasan untuk terus membenarkannya. 
Hal pertama yang perlu kita ubah di sini adalah paradigma. Ada sebuah pepatah berbunyi, “Everything has its own cost”. “Semua ada harganya!” Pepatah ini, disadari atau tidak, berlaku secara universal terhadap segala sesuatu di muka bumi ini. Maksudnya yaitu jika kita menginginkan sesuatu, maka kita harus berusaha. Sama halnya jika kita menginginkan nilai atau IPK yang bagus, maka kita harus mengusahakannya. Usaha kita inilah yang kemudian akan menuntun kita kepada apa yang kita hendaki. 
Baiklah tanpa perlu berpanjang lebar lagi, inilah kiat-kiat dari saya yang teman-teman dapat coba terapkan untuk memperbaiki nilai atau IPK. 
1. Tentukan target setelah kuliah di UT
Kiat ini sangat saya sarankan bagi calon mahasiswa UT. Namun, yang sudah berstatus sebagai mahasiswa aktif juga dapat menggunakan kiat ini.

Target itu ibarat tempat yang hendak dituju dalam sebuah perjalanan. Apabila kita tidak memiliki tujuan, maka sia-sialah perjalanan kita. Karena bagaimanapun perjalanan harus ada akhirnya. Jadi, sebelum kita melangkahkan kaki, kita harus memiliki tujuan yang jelas. Supaya kita tidak terbawa arus begitu saja. 

Hal ini sama dengan kuliah kita di UT. Apabila kita tidak pasang target, maka perjalanan kita selama empat tahun di UT akan berakhir tanpa guna. Kita hanya akan ikut-ikut, terpengaruh dengan kanan-kiri, dan sesuka hati. Dan pada akhirnya kuliah kita tidak berarti apa-apa: tidak bermanfaat ilmunya, tidak membawa perbaikan pada karir dan kehidupan, tidak beguna bagi sesama, dan seterusnya. Jangan sampai hal ini terjadi!

Target yang saya maksud di sini bisa berupa:
a. Mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang, 
b. Meningkatkan karir di tempat kerja, 
c. Memperoleh beasiswa (penuh) S2, 
d. Dan semacamnya.

2. Bersemangat untuk belajar
Setelah menentukan tujuan, tugas selanjutnya adalah menentukan apa yang akan digunakan untuk mencapai ke sana. Sarana menjadi faktor yang sangat penting dalam mencapai sebuah tujuan. Tanpa ada sarana yang memadai, tujuan hanyalah angan belaka.

Demikian pula dengan target yang telah kita tentukan di UT. Target tidak akan tercapai jika kita tidak berusaha keras mencapainya. Usaha satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah belajar. Belajar menjadi sarana utama untuk mencapai target-target kita setelah lulus nanti. Maka, kita perlu menyusun study plan dengan baik untuk maksud tersebut.

Sebagaimana yang saya amati, kendala yang terbesar yang dihadapi mahasiswa UT dalam hal belajar adalah rasa malas, rasa lelah, dan manajemen waktu. Bisa dipahami bahwa kuliah sambil bekerja bukanlah hal yang mudah. Benar-benar perlu “semangat gigi tiga” untuk menjalaninya. 

Untuk melawan rasa malas dan rasa lelah yang bergelayut, niatkanlah belajar kita dengan menuntut ilmu, ikhlas lillahi ta’ala. Dalam Islam, orang yang menuntut ilmu banyak sekali keutamaannya. Salah satunya yakni diperolehnya pahala yang senantiasa mengalir sebab diamalkannya ilmu tersebut (HR. Muslim no.1631). Selain itu, anggaplah belajar tersebut sebagai bentuk dari cara mensyukuri akal sehat yang masih dianugerahkan Allah kepada kita.

Baca: Keutamaan Orang yang Menuntut Ilmu

3. Susun strategi belajar
Apabila motivasi untuk belajar telah didapat, selanjutnya strategi belajar perlu dirumuskan. Pasalnya, strategi juga berpengaruh besar dalam sebuah kesuksesan. Dalam perang, jumlah pasukan dapat dikalahkan dengan strategi. Buktinya dapat dilihat pada Pertempuran Myeongnyang yang terjadi di Korea pada tahun 1597, di mana 12 kapal mampu mengalahkan 120-330 kapal. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah strategi.

Dalam kaitannya dengan belajar, strategi berhubungan dengan bagaimana, kapan, dan di mana kegiatan belajar dilakukan. Sehingga strategi belajar juga bersinggungan dengan manajemen waktu. Oleh karenanya, setiap orang bisa berbeda cara menyikapinya.

Saya pribadi biasanya belajar dengan cara:
a. BAGAIMANA?
- Mengawali kegiatan belajar dengan doa belajar (Baca: Doa Belajar)
- Berdoa semoga dimudahkan dalam memahami materi, diberikan ilmu yang bermanfaat, dan dianugerahkan masa depan yang cerah
- Mematikan hp jika tidak diperlukan selama belajar
- Menyiapkan alat pendukung seperti alat tulis, kamus, kalkulator, dll.
- Mengatur durasi belajar (20 menit – 1 jam/ sesi, 1 hari: 1 – 3 sesi)
- Membuka hp atau laptop untuk mencari referensi di internet
- TIPS: Hindari musik atau kegaduhan lain ketika belajar agar konsentrasi tidak pecah 
b. KAPAN?
- Mencari waktu yang tenang: habis sholat malam, sholat shubuh, sholat dhuha, dan sholat ashar
- Mencari waktu yang kondusif: saat kos sepi, saat tidak (sedang) berkerja, saat pagi hari, saat malam hari, saat weekends (sabtu dan minggu)
- TIPS: Manfaatkan waktu senggang yang dimiliki untuk belajar. Usahakan kerja dan istirahat tidak terganggu. 
c. DI MANA?
- Mencari tempat yang mendukung: di kos, di rumah, di tempat kerja, di taman kota, di perpustakaan daerah
- Jika tidak memungkinkan untuk belajar di tempat kos karena terlalu ramai atau bising, belajarlah di tempat umum yang tenang dan tidak banyak gangguan seperti taman kota dan perpustakaan daerah
- Belajar juga bisa dilakukan di tempat kerja dengan catatan tidak menggangu pekerjaan. Siasati waktu yang tepat untuk membuka buku seperti saat istirahat dan saat kantor tidak banyak pekerjaan
- TIPS: cari tempat yang tenang dan berudara sejuk agar belajar nyaman

4. Ikuti perkuliahan secara tertib dan aktif
Tidak ada ruginya mengikuti tutorial online (tuton) maupun tutorial tatap muka (TTM). Kedua jenis tutorial ini berfungsi sebagai pengganti perkuliahan konvensional yang diselenggarakan di kampus-kampus lain, baik negeri maupun swasta. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa tuton dan TTM merekam absensi dan nilai tugas setiap mahasiswa, yang nantinya akan mempengaruhi nilai akhir UAS.  

Namun sayangnya, tidak semua mahasiswa yang terdaftar pada kuliah berjalan mau mengikutinya, utamanya tuton. Karena sebagian menganggap tuton itu tidak penting (karena hanya daring), dan sebagian lagi merasa tuton itu berat untuk diikuti (karena diskusi dan tugasnya banyak dan harus dikerjakan dan dikumpulkan dalam tengat waktu tertentu).

Padahal kalau melihat besaran kontribusinya terhadap nilai akhir UAS, persepsi ini jelas keliru sekali. Bagaimana tidak, tuton menyumbang 30% dan TTM menyubang 50% (jika UAS mencapai skor minimal 30%). Ini sungguh angka yang tak bisa diabaikan begitu saja. 

Melihat besaran kontribusi ini, maka alangkah lebih baiknya jika kita turut berpartisipasi aktif dalam tuton ataupun TTM. Langkah ini bisa berarti langkah preventif yang akan menyelamatkan kita di kemudian hari jika hasil UAS kita ternyata jauh dari harapan. Dengan adanya kontribusi dari tuton dan TTM yang kita ikuti, nilai kita secara otomatis akan terangkat. Dan imbasnya, IPK kita juga terselamatkan.

Agar tuton berjalan dengan baik dan hasilnya maksimal, berikut yang saya biasa lakukan:
a. Mengikuti Diskusi 1 – 8 di setiap mata kuliah
b. Menjawab soal-soal diskusi dengan sungguh-sungguh dan menanggapi jawaban mahasiswa lain dengan antusias
c. Mengerjakan Tugas 1, 2, dan 3 (tugas wajib) dengan teliti
d. Mengirimkan tugas diskusi dan tugas wajib tidak melawati batas waktu yang ditentukan (deadline)
e. Mencari referensi tambahan untuk diskusi dan tugas jika diperlukan
f. TIPS:
- Meskipun tampak sepele, usahakan selalu berpartisipasi dalam forum diskusi. Agar bukti kehadiran kita terekam dengan baik dalam sistem. Di samping itu, tutor cenderung lebih menyukai mahasiswa yang aktif (walaupun hasil kerjaannya kurang baik), sehingga membantu kita untuk memperoleh nilai maksimal dari tutor yang bersangkutan. 
- Apabila kita tidak bisa mengikuti sebuah diskusi pada minggu yang telah ditentukan, tetap berikan tanggapan pada minggu berikutnya. Karena sebagian tutor memberikan kelonggaran waktu bagi mahasiswa dan tetap menilai partisipasinya meski tidak menyatakannya secara langsung.
- Selain menjawab pertanyaan diskusi dan menanggapi jawaban mahasiswa lain, kita bisa membuat topik diskusi sendiri dengan menanyakan materi modul yang belum dimengerti, membahas kunci jawaban yang error pada Tes Formatif, memberikan tambahan materi yang diambil dari sumber lain, dsb.
- Tugas wajib yang dibebankan pada Minggu 3, 5, dan 7 haruslah kita kerjakan sebaik mungkin dengan memanfaatkan waktu yang diberikan (biasanya 2 minggu per tugas). Bahkan kalau perlu, cari referensi dari berbagai sumber untuk mendukung dan melengkapi jawaban kita yang sering kali hanya berdasarkan materi modul. Prioritaskan tugas ini di atas tugas diskusi dan pastikan jawaban kita dalam tugas wajib ini tidak asal-asalan karena tugas ini adalah inti dari penilaian seluruh inisiasi.

5. Persiapkan ujian dengan matang
Bagaimanapun, ujian akan menjadi penentu utama dari hasil belajar kita. Tuton dan TTM akan berkontribusi terhadap nilai hanya jika kita bisa mengerjakan soal ujian minimal 30%. Dengan kata lain, jika nilai kita dibawah 30, maka tuton dan TTM yang kita ikuti tidak akan ada artinya. Oleh karenanya, agar perjuangan kita selama 8 minggu tidak sia-sia, kita harus mempersiapkannya dengan matang.

Lalu, apa yang mesti dipersiapkan?
a. Mental
Mental adalah hal pertama yang perlu ditata sebelum menghadapi ujian. Banyak mahasiswa, termasuk saya, dibuat stres (ringan) atau terbebani secara psikis karenanya. Apalagi jika minggu pertama terdapat lebih dari tiga mata kuliah yang diujikan. Tentu perlu persiapan ekstra, mengingat hanya ada 1 minggu setelah inisiasi terakhir untuk mempersiapkannya.

Sebenarnya, ujian tidak perlu disikapi dengan terlalu serius, tapi juga tidak dengan terlalu santai. Saya biasanya menyikapi hal ini dengan berdoa 2 atau 1 minggu menjelang ujian, dengan harapan dimudahkan dalam mengerjakan soal-soal ujian dan direzekikan Indeks Prestasi (IP) yang sempurna. Andai kata kesempurnaan tersebut tidak datang, maka yang saya peroleh masih mendekatinya.

Doa ini saya maksudkan untuk membentuk feel positif bahwa Allah akan menolong saya dalam mengerjakan ujian. Sehingga saya tidak merasa sendiri. Dan di luar ini, saya biasanya menghibur diri dengan menonton film, jalan-jalan, dan semacamnya.

b. Kesehatan
Selain mental, kesehatan juga perlu dijaga dengan baik menjelang ujian. Jika kita sampai jatuh sakit di waktu ujian, maka sudah dapat dipastikan bahwa ada nilai yag kosong dan hasil ujian kita tidak akan maksimal. Dan ini artinya semua yang kita usahakan sebelumnya tidak memiliki dampak signifikan terhadap nilai yang kita harapkan. 

Untuk menjaga kesehatan praujian, dapat dilakukan beberapa hal seperti: perbanyak makan sayuran dan buah-bauhan, perbanyak minum air putih, berolah raga, tidur cukup, dan sebagainya.

c. Materi
Seperti yang saya telah singgung sebelumnya, manfaatkan 1 minggu setelah inisiasi kedelapan untuk me-review materi modul yang akan diujikan di minggu pertama. Gunakan ringkasan yang telah dibuat selama ini untuk belajar. Atau jika belum membuatnya, catatlah poin-poin (yang dianggap) penting dari modul dengan menulisnya di kertas untuk menguatkan ingatan. Buat pula bagan, tabel, atau grafik sederhana dari poin-poin tersebut. Gunanya adalah untuk membangkitkan memori karena gambar visual pada umumnya lebih mudah dipahami dan diingat daripada tulisan semata.

Cara ini bisa sangat membantu tatkala kita sedang mengerjakan soal ujian dan lupa dengan materi yang telah kita pelajari atau bimbang dengan opsi yang disediakan dalam soal. Kita bisa membangkitkan gambaran visual yang sudah direkam oleh otak kita untuk membantu mengingat kembali atas apa yang telah kita buat dan lihat sebelumnya.

Kemudian, dalam mempelajari modul, jangan lupa mempelajari Tes Formatif yang mengikuti setiap Kegiatan Belajar. Berdasarkan pengalaman pribadi pada semester-semester awal, sebagian soal dari Tes Formatif dikeluarkan dalam UAS.

TIPS:
Pelajari Tes Formatif dengan cara membaca soal dan jawaban benarnya saja. Hindari melihat opsi lain supaya otak kita hanya mengingat bagian itu. Jadi ketika bertemu dengan soal yang sama, otak kita langsung merespon ke bagian tadi.

d. Hal teknis
Persiapan yang kurang baik terhadap hal-hal yang bersifat teknis bisa mengakibatkan sesuatu yang fatal. Misalnya, saat hendak berangkat ujian, ban motor kita bocor. Akibatnya kita panik mencari alternatif lain, buru-buru dalam berangkat, dan akhirnya tiba di tempat ujian telat. Ditambah lagi, kita masih harus mencari ruangan ujian kita. Pastinya, hal semacam ini sangat menguras tenaga dan menggangu konsentrasi. Di mana tanpa terasa, fokus kita telah buyar bahkan sebelum kita mengerjakan ujian. Dan kalau sudah begini, dapat diprediski akan seperti apa hasilnya nanti.

Makanya, hal teknis juga perlu dipikirkan dengan seksama agar tidak mengganggu kelancaran ujian. Berikut ada beberapa TIPS terkait hal teknis ini:
- KTPU: cetak segera setelah tersedia di sistem. Tujuannya adalah untuk menghindari system error dan mengetahui jadwal ujian seawal mungkin, sehingga bisa merumuskan strategi untuk menghadapinya.
- Lokasi: jika memungkinkan, cek lokasi sehari sebelum UAS dilaksanakan. Jadi kita tidak perlu mencarinya saat hari H.
- Alat tulis: siapkan semua alat tulis yang dibutuhkan selama ujian sehari sebelumnya atau malam harinya. Supaya keesokan harinya, kita bisa langsung berangkat.
- Sarana pendukung: pada beberapa mata kuliah diterapkan kebijakan tertentu seperti open book, dictionary allowed, calculator allowed, dsb. Oleh sebab itu, ketahui kebijakan tiap mata kuliah dan persiapkan sarananya. 
- Pakaian: siapkan pakaian yang akan dikenakan saat ujian sehari sebelumnya. Tujuannya agar kita tidak terganggu dengan aktivitas tambahan seperti menyetrika. 
- Kendaraan: cek kondisi kendaraan mulai dari roda, rem, lampu, spion, dll. Pastikan semuanya normal dan siap pakai.

6. Berdoa untuk hasil yang diharapkan
Setelah semuanya dilakukan, yang kita bisa lakukan selanjutnya adalah memasrahkan segela sesuatunya kepada Sang Pencipta sembari berdoa agar diberikan hasil terbaik yang memuaskan. Karena pada dasarnya, kita sebagai hamba hanya bisa berupaya dan hasilnya tergantung kepada Yang Mahakuasa.

Menyinggung masalah berdoa ini, ada baiknya jika kita memperhatikan waktu yang baik untuk berdoa agar doa kita dikabulkan. Waktu mustajab di antaranya yaitu: pada waktu sujud dalam sholat, selepas sholat fardhu, antara adzan dan iqomah, saat sepertiga malam terakhir, dan saat berbuka puasa.

Baca: Waktu-waktu yang Mustajab

Alhamdulillah dengan melakukan hal-hal di atas, Allah mengijinkan saya untuk mendapatkan IPK yang memuaskan. Darinya, saya memiliki momen yang tak akan pernah terlupakan di UT seperti:
a. Semester 2 dan 3: Mendapatkan Beasiswa PPA selama dua semester berturut-turut
b. Semester 4: Menjadi guest speaker pada OSMB UPBJJ-UT Semarang 2016.1 untuk memberikan testimoni dan memaparkan tips-tips untuk mendapatkan IPK bagus selama di UT (Semarang, Februari 2016)
Baca: Tips Mendapatkan IP Cum Laude Setiap Semester di Universitas Terbuka
c. Semester 5: Menjadi Juara 1 Diskusi Ilmiah pada Disporseni UT Wilayah Tengah (Surakarta, Juli 2016)
Baca: Juara 1 Diskusi Ilmiah dalam Disporseni UT 2016 di Surakarta
d. Semester 5: Mewakili fakultas FISIP untuk menerima Beasiswa IKA-UT dalam acara Seminar dan UPI UPBJJ-UT (UNDIP, Februari 2017)